Okupansi Hotel di Yogyakarta Hanya 50 Persen

Wisata52 Views

Okupansi Hotel di Yogyakarta Hanya 50 Persen Yogyakarta – Tingkat hunian atau okupansi hotel di Yogyakarta selama periode libur panjang dan menjelang Lebaran 2025 tercatat hanya mencapai 50 persen. Angka ini jauh di bawah ekspektasi para pelaku industri perhotelan yang semula menargetkan okupansi bisa tembus 80 persen mengingat Yogyakarta dikenal sebagai salah satu destinasi wisata utama di Indonesia.

Data tersebut disampaikan oleh Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY yang menyebut bahwa tren penurunan okupansi tidak hanya terjadi di hotel berbintang, tetapi juga di penginapan non-bintang dan homestay.

Penurunan Okupansi Dinilai Tak Wajar

Ketua PHRI DIY, Deddy Pranowo Eryono, mengatakan bahwa okupansi 50 persen pada momen libur panjang merupakan sinyal serius. Menurutnya, situasi ini terjadi bukan karena minat wisatawan menurun, tetapi lebih disebabkan oleh menurunnya daya beli masyarakat.

“Wisatawan masih datang ke Jogja, tapi mereka lebih memilih menginap di tempat keluarga, atau mencari penginapan dengan tarif sangat murah. Hotel-hotel tidak lagi menjadi pilihan utama,” ujar Deddy dalam keterangannya, Selasa (9/4/2025).

Ia menambahkan, inflasi, kenaikan harga kebutuhan pokok, dan beban biaya mudik membuat masyarakat lebih selektif dalam membelanjakan uang.

Fenomena Perubahan Pola Wisata

Tren Staycation dan Akomodasi Alternatif

Selain persoalan daya beli, perubahan gaya liburan masyarakat juga memengaruhi okupansi hotel. Banyak wisatawan kini lebih memilih model staycation di vila, glamping, atau penginapan berbasis pengalaman lokal seperti homestay desa wisata.

“Mereka mencari yang unik, yang punya suasana alam atau budaya. Hotel berbintang menjadi opsi sekunder kecuali untuk wisatawan bisnis,” jelas Deddy.

Dampak dari Platform OTA

Pengusaha hotel juga menyoroti pengaruh platform online travel agent (OTA) yang kerap memberikan diskon besar untuk penginapan non-hotel, sehingga mengalihkan minat konsumen.

Upaya Menarik Wisatawan

Promo dan Kolaborasi Okupansi Hotel

Beberapa hotel kini mulai menggencarkan paket promo bundling dengan destinasi wisata, diskon early check-in dan late check-out, hingga kerja sama dengan UMKM lokal untuk meningkatkan daya tarik.

Permintaan Insentif dari Pemerintah

PHRI berharap ada dukungan dari pemerintah daerah dalam bentuk insentif pajak atau subsidi promosi, agar sektor perhotelan kembali bergairah pascapandemi.

Harapan ke Depan Okupansi Hotel

Meski situasi saat ini belum ideal, pelaku industri pariwisata Yogyakarta tetap optimistis. Momen libur Lebaran, musim liburan sekolah, dan sejumlah agenda budaya di semester kedua 2025 diharapkan mampu meningkatkan kembali tingkat okupansi.

“Kami minta semua pihak bekerja sama, termasuk pemerintah dan pelaku travel. Hotel tetap bagian penting dalam rantai ekosistem wisata Jogja,” tutup Deddy.

Okupansi Hotel

Yogyakarta yang hanya mencapai 50 persen menjadi alarm bagi industri pariwisata. Daya beli masyarakat, perubahan perilaku wisatawan, dan persaingan dengan akomodasi alternatif menjadi faktor utama yang harus segera disikapi.

Langkah adaptif, promosi kreatif, dan sinergi lintas sektor menjadi kunci agar industri perhotelan Jogja tetap bertahan dan bangkit kembali.