Jakarta Ingin Jadi Kota Global, Tapi Trotoar Masih Tak Ramah Jakarta terus berbenah demi mengejar predikat sebagai kota global. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta gencar melakukan transformasi infrastruktur, digitalisasi layanan publik, hingga pengembangan kawasan bisnis internasional. Namun, di tengah ambisi besar tersebut, Kota Global masih tersisa satu ironi yang mengusik kenyamanan warganya: trotoar yang belum sepenuhnya ramah bagi pejalan kaki.
Ambisi Menjadi Kota Kelas Dunia Kota Global
Visi Jakarta sebagai Global City
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, melalui berbagai rencana induk pembangunan, ingin menempatkan Jakarta sejajar dengan kota-kota besar dunia seperti Singapura, Tokyo, atau New York. Upaya ini tercermin dari pembangunan MRT, LRT, revitalisasi kawasan kota tua, dan peningkatan konektivitas digital.
Peran Infrastruktur Perkotaan
Dalam indeks kota global seperti Global Cities Index dan Smart City Index, keberadaan infrastruktur publik yang nyaman dan inklusif menjadi penilaian penting. Trotoar yang aman, bersih, dan bisa diakses semua kalangan termasuk penyandang disabilitas adalah salah satu indikator utama.
Kota Global Kondisi Trotoar Jakarta Saat Ini
Masih Banyak Trotoar Rusak dan Terputus
Di berbagai wilayah Jakarta, trotoar yang ada masih menunjukkan kondisi memprihatinkan. Banyak trotoar yang berlubang, tertutup puing atau bahkan berfungsi ganda sebagai tempat parkir liar dan lokasi pedagang kaki lima (PKL). Pejalan kaki pun terpaksa turun ke badan jalan, menghadapi risiko tersenggol kendaraan.
Tidak Ramah Disabilitas dan Lansia
Meski sudah ada beberapa trotoar dengan guiding block dan ramp, fasilitas tersebut tidak konsisten di semua wilayah. Banyak trotoar tidak memiliki kemiringan ideal, terlalu sempit, atau tertutup tiang dan reklame. Akibatnya, penyandang disabilitas dan lansia sulit melintasi dengan aman dan nyaman.
Program Revitalisasi yang Belum Merata
Fokus di Kawasan Pusat dan Premium
Upaya revitalisasi trotoar memang sudah dilakukan, terutama di kawasan Sudirman, Thamrin, dan Senayan. Namun di luar kawasan tersebut—seperti Jakarta Timur, Jakarta Barat, atau perbatasan Jakarta-Bekasi—masih minim perbaikan. Ketimpangan ini menimbulkan kesan bahwa pembangunan belum merata.
Kurangnya Perawatan Berkala
Setelah revitalisasi dilakukan, tidak jarang trotoar dibiarkan tanpa pemeliharaan. Kerusakan minor yang dibiarkan bisa berkembang menjadi bahaya bagi pengguna. Selain itu, proyek pembangunan utilitas sering membongkar trotoar tanpa memperbaiki kembali secara layak.
Suara Warga: “Kami Ingin Jalan Kaki Aman”
Pejalan Kaki Merasa Terabaikan
Beragam testimoni dari warga menunjukkan bahwa berjalan kaki di Jakarta masih dianggap “berisiko”. Beberapa menyebut harus melompati genangan, melewati motor parkir di trotoar, hingga menghindari material bangunan. Ini menandakan masih rendahnya penghormatan terhadap hak pejalan kaki.
Aktivis Urban Menuntut Standar Baru
Komunitas pejalan kaki seperti Koalisi Pejalan Kaki dan Bike2Work menyuarakan pentingnya kota yang lebih manusiawi. Mereka menuntut pemerintah lebih serius dalam membangun trotoar berstandar internasional, bukan hanya sekadar estetika sementara saat acara besar.
Solusi dan Harapan Menuju Jakarta yang Ramah Pejalan
1. Desain Trotoar Universal
Trotoar harus dirancang dengan pendekatan universal design, ramah untuk semua pengguna termasuk anak-anak, lansia, dan disabilitas. Lebar trotoar minimal 1,5 meter, permukaan tidak licin, serta bebas hambatan permanen seperti tiang listrik atau reklame.
2. Penegakan Hukum untuk Parkir dan PKL
Pemprov DKI perlu menindak tegas oknum yang memanfaatkan trotoar untuk fungsi non-pejalan. Keberadaan PKL dan parkir di trotoar harus diatur dengan pendekatan sosial yang adil, namun tetap menjamin fungsi utama trotoar.
3. Partisipasi Masyarakat dan Transparansi Anggaran
Pemerintah bisa melibatkan warga dalam pelaporan kondisi trotoar melalui aplikasi berbasis peta atau aduan publik. Transparansi anggaran proyek infrastruktur juga penting agar publik bisa ikut mengawasi kualitas pembangunan.
Trotoar Masih Tak Ramah
Ambisi Jakarta untuk menjadi kota global adalah langkah yang patut diapresiasi. Namun, tanpa perhatian pada aspek paling mendasar seperti trotoar yang aman dan nyaman, upaya tersebut bisa kehilangan makna. Kota besar bukan hanya soal gedung pencakar langit atau transportasi cepat, tapi juga tentang bagaimana manusia bisa bergerak bebas dan bermartabat. Menjadikan Jakarta sebagai kota ramah pejalan adalah bagian integral dari cita-cita menjadi kota kelas dunia.